26 Januari 2010

Dokter dan Perawat Masih Gugup dengan Telemedicine

Nurul Ulfah

Teknologi telemedicine memungkinkan dokter dan pasien terhubung dengan satelit, video conference dan transfer data melalui ponsel untuk menangani penyakit. Tapi sebagian besar dokter dan perawat di negara maju memilih menghindari telemedicine. Studi yang dilakukan peneliti dari University of Texas Medical School, Houston menemukan hal unik bahwa banyak dokter yang lebih memilih tidak dipilih pasien dalam melakukan perawatan telemedicine.
Hasil tersebut berdasarkan penelitian dari efek penggunaan telemedicine pada pasien di unit perawatan rumah sakit. Peneliti memberikan remote ke pasien untuk memilih dokter atau spesialis yang akan menangani mereka. Namun banyak dokter yang lebih memilih untuk
tidak dipilih pasiennya."Banyak yang khawatir, ragu, takut dan skeptis (ragu-ragu) tidak bisa
melakukan teknik perawatan dengan teknologi tersebut," ujar Dr Eric J Thomas, pemimpin studi dari University of Texas Memorial Hermann Center for Health Care Quality and Safety seperti dilansir New York Times, Senin (11/1/2010).

Tak hanya dokter yang ketakutan dengan adanya teknologi telemedicine tapi juga para suster atau perawat rumah sakit. "Beberapa suster merasa seperti ada seseorang yang selalu mengawasi gerak geriknya setiap waktu. Mereka juga menjadi lebih frustasi ketika melakukan
kesalahan penanganan pada pasien," kata Dr Eric. Meski teknologi telemedicine bisa meningkatkan tingkat keselamatan pasien terutama mereka yang berada di ruang ICU, namun banyak kalangan yang belum tentu bisa menerimanya. "Mungkin kita tidak akan pernah memanfaatkan potensi telemedicine secara optimal selama para dokter dan tenaga medis belum punya cukup kemampuan dan penerimaan terhadap teknologi tersebut. Perlu infrastruktur yang lebih baik untuk menerapkan teknologi jika ingin tetap digunakan di masa yang akan datang, "kata Eric.

Telemedicine adalah sistem yang sangat berpotensi meningkatkan kualitas kesehatan dengan cara mengontrol dan memberi konsultasi pada pasien tanpa harus bertatap muka secara langsung. Dengan teknologi tersebut, dokter maupun petugas kesehatan dapat mengontrol dan
memonitor pasien selama 24 jam.

Tidak ada komentar: